Senin, 12 Mei 2014

5 Cover Album Musik yang paling Menghina

Over album biasanya digunakan untuk kebutuhan marketing penjualan CD. Pasalnya kesan pertama dari sebuah CD terletak pada menarik atau tidaknya gambar sampul CD tersebut. Namun, sering juga cover CD digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Nah, ternyata ada beberapa band yang menjadikan album covernya yang menuai banyak masalah. Lantaran gambar di sampul album mereka secara jelas menghina Tuhan. Wah? penasaran kan? cek daftar album berikut 5 Cover Album Musik yang paling Menghina seperti dikutip berbagai sumber:

1. The Game - Jesus Piece

The Game - Jesus Piece
[lihat.co.id] - The Game adalah rapper asal L.A yang menuai banyak kontroversi. Seperti terlihat di cover album, gambar tersebut menunjukkan Tuhan seperti layaknya gangster. Album ini, memang ditujukan untuk Tuhan, nama albumnya saja JESUS PIECE. Hal ini membuat gereja katolik roma mengecam label rekaman miliki The Game. Akhirnya, Interscope records menarik cover album ini di pasaran, serta mengganti gambar Tuhan dengan foto saudara kandung The Game.


2. Marilyn Manson - Hollywood

Marilyn Manson - Hollywood
Album dengan judul lengkap HOLLY WOOD (IN THE SHADOW OF THE VALLEY OF DEATH) ini sebenarnya ditujukan Marilyn Manson untuk mengkritik sensor media Amerika. Namun, cover album ini justru malah menyerang umat kristiani.

Aku pikir, ini menyinggung umat Kristen jika aku harus katakan begitu. Aku percaya pada cerita kristus dan menikmati gambar yang dihadirkannya, namun untuk alasan yang berbeda. Aku memiliki interpretasi berbeda,
ini lebih menyinggung daripada Antichrist Superstar, dan sepenuhnya merendahkan ini. Aku akan mengajak remaja untuk masuk Kristen dengan caraku sendiri, cara yang gila. Album ini pun akhirnya diprotes oleh banyak kalangan. Bahkan, seorang pastur di Memphis melakukan aksi demo tidak makan hingga album ini ditarik dari pasaran.


 3. slayer - christ illusions

slayer - christ illusions
[lihat.co.id] -CHRIST ILLUSION adalah album ke-9 milik band thrash metal Slayer. Album ini terbilang pencapaian sukses dari band metal ini. Pasalnya, sejak dirilis tahun 2006, nama Slayer bisa berada di posisi 5 chart Billboard. Bahkan, bisa mendapat Grammy. Yang menarik perhatian publik, tentu cover album ini yang sangat kontroversial.

Album ini menggambarkan Tuhan secara seram berdiri di antara lautan darah. Larry Carol sebagai pencipta artwork juga menggambarkan Tuhan yang tidak memilki tangan dan hanya memiliki satu mata.

Melihat penggambaran tersebut, Mumbai Catholic Secular Forum pun melayangkan gugatan. Hingga akhirnya, di India album ini dibakar dan dihancurkan. Atas respon negatif itu, pihak label pun akhirnya mengganti cover album dari Slayer ini.


4. Slayer - God Hates us all

Slayer - God Hates us all
[lihat.co.id] - Album ini dirilis secara tidak sengaja tepat di tanggal 11 September 2001. Sebelumnya, album ini berjudul SOUNDTRACK TO THE APOCLYPSE, yang tentu saja sangat tepat untuk mewakili kejadian mengerikan di 11 September 2001.Album ini juga berisi lirik-lirik yang mengkritik terhadap Tuhan dan agama. Oleh karenanya, cover album ini menggambarkan Alkitab yang penuh cakaran dan darah, dengan tulsan Slayer di atasnya.


5. Aerosmith - Ninth Lives

Aerosmith - Ninth Lives
[lihat.co.id] - Sejak dirilis pertama kali tahun 1997, single dalam album NINTH LIVES yang berjudul Rock in a Hand Places langsung memuncaki Billboard. Bahkan album ini memberi 2 Grammy untuk Aerosmith.Namun,
cover album ini yang menimbulkan masalah. Cover original album ini adalah gambar Dewa Krishna yang diganti kepalanya dengan kepala kucing. Tuhan dari umat hindu ini digambarkan sedang menari di antara ular iblis bernama Kaliya.

Alhasil, penggambaran tersebut menyinggung banyak umat hindu di seluruh dunia. Aerosmith sendiri mengaku tidak mengetahui asal-usul artwork album ini. Tetapi, Pihak label rekaman kemudian meminta maaf dan mengganti cover album ini.


Baca Selengkapnya Di:http://www.lihat.co.id/#ixzz31VJG4VBb
Follow us: @__BSS__ on Twitter | Lihatcoid on Facebook

Makna terselubung dari salam tiga jari


Apakah anda tau tentang salam 3 jari belakangan ini. pengutip bukan untuk bermaksud mengadu domba kepada pengagum musik metal atau yang lainnya.
Salam 3 jari diambil dan melambangkan singkatan Yunani I X C (Iesus Christus Soter, Yesus Kristus Juruselamat). seperti ini ceritanya.
Tanda Salib merupakan suatu gerakan yang indah, yang mengingatkan umat beriman pada salib keselamatan sembari menyerukan Tritunggal Mahakudus. Secara teknis, Tanda Salib merupakan sakramentali, suatu lambang sakral yang ditetapkan Gereja guna mempersiapkan orang untuk menerima rahmat, dan yang menguduskan suatu saat atau peristiwa. Seiring pemikiran tersebut, gerakan ini telah dilakukan sejak masa Gereja Perdana untuk memulai dan mengakhiri doa serta Misa.
Para Bapa Gereja awali menegaskan penggunaan Tanda Salib. Tertulianus (wafat 250) menggambarkan kebiasaan membuat Tanda salib: Dalam segala kegiatan dan gerakan, setiap kali kami datang maupun pergi, saat mengenakan sepatu, saat mandi, saat makan, saat menyalakan lilin, saat berbaring, saat duduk, dalam segala apapun yang kami lakukan, kami menandai dahi kami dengan Tanda Salib (De corona, 30).
St. Sirilus dari Yerusalem (wafat tahun 386) dalam Pengajaran Katekesenya menyatakan, Jadi, marilah kita tanpa malu-malu mengakui Yang Tersalib. Jadikan Salib sebagai meterai kita, yang dibuat dengan mantap menggunakan jari-jari di dahi kita dan dalam segala kesempatan; atas roti yang kita makan dan cawan yang kita minum, saat kita datang dan saat kita pergi; sebelum kita tidur, saat kita berbaring dan saat kita terjaga; saat kita bepergian, dan saat kita beristirahat (Katekese, 13). Lama-kelamaan, Tanda Salib dimasukkan dalam berbagai tindakan dalam Misa, misalnya menandai diri tiga kali di dahi, bibir dan hati saat Injil hendak dibacakan atau saat menyampaikan berkat dan saat menandai roti dan anggur persembahan yang dimulai sekitar abad kesembilan.
Cara resmi paling awal dalam membuat Tanda Salib muncul sekitar tahun 400-an, yaitu saat munculnya bidaah Monophysite yang menyangkal adanya dua kodrat dalam pribadi ilahi Kristus, dan dengan demikian menyangkal persekutuan Tritunggal Mahakudus. Tanda Salib dibuat dari dahi ke dada, dan kemudian dari bahu kanan ke bahu kiri. Ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah ditangkupkan sebagai lambang Tritunggal Mahakudus - Bapa, Putra dan Roh Kudus. Di samping itu, ketiga jari ditangkupkan sedemikian rupa hingga melambangkan singkatan Yunani I X C (Iesus Christus Soter, Yesus Kristus Juruselamat): jari telunjuk yang lurus melambangkan I; jari tengah saling bersilangan dengan ibu jari melambangkan X; dan jari tengah yang bengkok melambangkan C. Jari manis dan jari kelingking dilipat ke arah telapak tangan, melambangkan kesatuan kodrat manusia dan kodrat ilahi, kehendak manusia dan kehendak ilahi dalam pribadi Kristus. Cara membuat Tanda Salib seperti ini umum dilakukan di kalangan seluruh Gereja hingga sekitar abad keduabelas, tetapi hingga sekarang masih tetap dipraktekkan dalam Gereja-gereja Katolik Ritus Timur dan Gereja-gereja Orthodox.
Suatu instruksi dari Paus Inosensius III (1198 - 1216) membuktikan adanya tradisi praktek tersebut, sekaligus menunjukkan adanya perubahan dalam praktek Gereja Katolik Ritus Latin, Tanda Salib dibuat dengan tiga jari, sebab penandaan diri tersebut dilakukan sembari menyerukan Tritunggal Mahakudus. Beginilah cara melakukannya: dari atas ke bawah, dan dari kanan ke kiri, sebab Kristus turun dari surga ke bumi, dan dari Yahudi (kanan) Ia menyampaikannya kepada kaum kafir (kiri). Sembari memperhatikan kebiasaan membuat Tanda Salib dari bahu kanan ke bahu kiri, yang dilakukan baik oleh gereja-gereja barat maupun timur, Paus Inosensius melanjutkan, Namun demikian, yang lain, membuat Tanda Salib dari kiri ke kanan, sebab dari sengsara (kiri) kita harus beralih menuju kemuliaan (kanan), sama seperti Kristus beralih dari mati menuju hidup, dan dari Tempat Penantian menuju Firdaus. [Sebagian imam] melakukannya dengan cara ini, sehingga mereka dan umat menandai diri mereka dengan cara yang sama. Kalian dapat dengan mudah membuktikannya - bayangkan imam menghadap umat untuk menyampaikan berkat - ketika kami membuat Tanda Salib atas umat, kami melakukannya dari kiri ke kanan Karenanya, sejak saat itu umat beriman mulai meniru imam dalam menyampaikan berkat, dari bahu kiri ke bahu kanan dengan tangan terbuka. Lama-kelamaan, praktek ini menjadi cara yang biasa digunakan dalam Gereja Barat.
Dalam karya klasik, Upacara-upacara Ritus Romawi tulisan Adrian Fortescue dan J. B. O’Connell, Tanda Salib dibuat dengan cara berikut: Letakkanlah tangan kiri dengan telapak terbuka di bawah dada. Tangan kanan terbuka juga. Pada saat menyerukan Patris [Bapa] angkatlah tangan kanan dan sentuhkan kening; saat menyerukan Filii [Putra], sentuhlah dada agak ke bawah, tetapi di atas tangan kiri; saat menyerukan Spiritus Sancti [Roh Kudus], sentuhlah bahu kiri dan kanan; saat menyerukan Amin, tangkupkan kedua tangan jika perlu. Meskipun praktek ini telah berkembang dari bentuk asalnya dan kini masih dipraktekkan dalam Ritus Timur, tetapi telah menjadi praktek yang biasa dilakukan pula dalam Gereja Ritus Latin selama beberapa abad.
Tak peduli bagaimana orang secara teknis membuat Tanda Salib, gerakan haruslah dilakukan dengan khidmat dan saleh. Umat beriman haruslah menyadari kehadiran Tritunggal Mahakudus, dogma inti yang menjadikan orang-orang Kristen sebagai Kristen. Juga, umat beriman haruslah ingat bahwa Salib adalah tanda keselamatan kita: Yesus Kristus, sungguh Allah yang menjadi sungguh manusia, yang mempersembahkan kurban sempurna bagi penebusan dosa-dosa kita di atas altar salib. Tindakan sederhana namun mendalam ini membuat setiap orang beriman sadar akan betapa besar kasih Allah bagi kita, kasih yang lebih kuat daripada maut dan akan janji-janji kehidupan abadi. Demi alasan-alasan yang tepat, indulgensi sebagian diberikan kepada mereka yang menandari dirinya dengan Tanda Salib dengan khidmat, sambil menyerukan, Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus (Enchirdion of Indulgences, No. 55). Oleh sebab itu, marilah setiap kita membuat Tanda Salib dengan benar dan khidmad serta tidak dengan sembarangan ataupun ceroboh.
Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.
sumber : Straight Answers: The Sign of the Cross by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright 2004 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net atas ijin The Arlington Catholic Herald.
oleh: P. William P. Saunders
Bagaimana, masih mau pake 3 jari………..

sejarah perkembangan musik underground

Heavy metal ditemukan oleh Band veteran Tahun 60′an Steppenwolf, dalam lagu klasiknya yang berjudul ‘Born To Be Wild’ (ada di baris kedua bait kedua, “dasar maniak barang remeh-remeh!”).
“I like smoke and lightning Heavy metal thunder Racin’ with the wind And the feelin’ that I’m under”.
Tapi istilah itu belum dipakai secara tepat sampai pada tahun 1970, ketika Black Sabbath merilis album perdana klasik mereka yang berjudul ‘ Paranoid’. Cukup banyak band Heavy metal.
Dari tahun 1960-an atau bisa disebut Blues Rock seperti Led Zeppelin, AC/DC Classic metal dan disekitar 60an sampai 70′an atau disebut Classic Rock seperti Black Sabbath, Blue Oyster Cult, Deep Purple, Alice Cooper. Permainan Classic metal dimainkan kadang dengan Organ. Musiknya dikendalikan olehriff yang lebih sering dimainkan dalam tangga nada minor. Vokalisnya juga terpengaruh oleh Led Zeppelin kecuali Bapak metal Ozzy Osbourne yang dipengaruhi oleh Sirene udara.
underground metal
Tempo lagu sangat cepat yang diusung oleh gitaris yang memainkan gitar rhytm Downstroke pada Thrash metal oleh band-band seperti Metallica, Megadeth, Slayer dan Anthrax yang dijuluki Big Four Of Thrash. Di San Francisco ada Testament dan Exodus di New Jersey ada Overkill dan Sepultura dari Brazil, lalu pada tahun 1990′an, underground ini lebih memasuki ke Extreme metal seperti Black metal yang diprakarsai oleh band-band cadas seperti Venom, Mayhem, Bathory, Mercyull Fate dan Death Metal yang cenderung menggunakan vokal dengan growl rendah dan banyak screamnya berkembang pada 1991 menjadi Scandinavian Death metal oleh Entombed, Dismember, Unleashed, dan At The Gates Melodic Death metal yang berasal dari Gothenburg Swedia lalu berkembang di Finlandia dan Norwegia oleh band-band seperti Arch Enemy, Dark Tranquillity, Disessction. Florida Death metal adalah Turunan jenis musik Thrash metal yang berasal dari band Kreator dan Destruction melahirkan band band asal Florida yang terkesan lebih brutal yang menjadi Techical metal di pioniri oleh Cynic (kemudian menjadi berevolusi menjadi Aghora ), Atheist, Immolation, Death. Progressive Death metal yang mungkin lebih cenderung ke visualisasi dan banyak mengunakan Tradisional pun dimaklumi, Pionirnya adalah Opeth, Pestilence, Death, Novembre dan mungkin Progressive metal oleh Dream Theater.
Perbedaannya dengan Power metal adalah genre ini lebih bersemangat dan vokalis genre ini kebanyakan di pengaruhi oleh Rob Halford dan Bruce Dickison band-band genre ini kebanyakan dari Eropa. Misalnya, Europe (Swedia), Iron Maiden (U.K), Helloween (Jerman). Dan Speed metal dimainkan lebih cepat sangat-sangat cepat dan bertenaga seperti Motorhead (akhir-akhir), Iron Angel, Anthrax.
Karakteristik Death Metal
Sebelum saya masuk ke inti bahasan, saya ingin mengenalkan anda sedikit mengenai genre ini. Secara sederhana, death metal adalah perpaduan antara suara growling yang dalam, gitar yang disetel rendah serta penuh distorsi, bass yang berat, serta drum yang intense dan menderu. Lirik lagu adalah penarik perhatian utama departemen kreatif. Temanya bisa beragam, dari darah dan gore, setan, hingga horor dan filsafat. Struktur musiknya juga variatif, mulai yang simpel dan brutal, hingga yang intense dan teknikal. Growl vokal berbeda-beda, antara lain growl tinggi dan parau, serta growl rendah nan garang. Saking kayanya, orang bisa bilang bahwa death metal itu sekaya kerajaan binatang!
Sejarah Death Metal
Sekarang kita beranjak ke sejarah death metal. Genre ini sendiri memiliki latar belakang yang luas dan warna-warni. Agak sukar bagi saya untuk menjelaskan semua sisi genre hebat ini dalam satu hari. Karena itu di sini saya akan berusaha menunjukkan hal-hal utama saja, dan peristiwa-peristiwa penting yang mewakili inovasi ke depan, dan topik-topik semacam ini. Sekarang silakan anda duduk dengan nyaman karena saya akan segera membawa anda ke suatu perjalanan menyelami death metal.
Death Metal Gelombang Pertama (1983 - 1990)
Death metal dapat dirunut akarnya ke masa keemasan heavy metal di tahun 1980-an. Dari pengaruh hebat yang dibawa band-band thrash metal seperti Slayer dan Kreator, death metal mulai tumbuh semenjak sebagian kecil orang yang tersebar di Amerika mencomot sound thrash metal yang cepat dan agresif milik Slayer dan Kreator lalu menambahkannya dengan ramuan brutal berkadar ekstra. Tidak diketahui dengan pasti band mana yang menjadi penemu pertama death metal namun penelitian telah membawa kita kepada tiga nama kunci ; Death dari Florida (Death aslinya bernama Mantas ketika pertama kali dibentuk), Possessed yang lahir di California, dan Master yang berbasis di Illinois; ketiga band ini sama-sama terbentuk tahun 1983.
Death Metal Death MetalDeath Metal
Sound yang diperkenalkan ketiga band ini adalah drum yang sangat cepat, menderu dan konsisten dengan blast-beat, riff secepat halilintar, dan vokal growl rendah serta parau yang dikombinasikan dengan teriakan tinggi yang memekakkan telinga. Isi liriknya sebagian besar membawa tema gore dan setan. Beberapa event penting terjadi di tahun 80-an. Death memulai terbentuknya scene death metal di Florida, nantinya hal ini berpengaruh terhadap berdirinya dua band inovatif lain di kota yang sama di era 80-an yakni Morbid Angel dan Obituary. Possessed membantu menanamkan tema satanisme sebagai tema lirik utama, serta berpengaruh terhadap berdirinya band-band death metal di California. Master membantu berdirinya scene death metal di North East (Illinois, New York, Pennsylvania, dsb). Di samping tiga inovator tersebut (Death, Possessed, Master), ada beberapa band penting lain yang juga bermunculan di era 80-an yang kelak akan menjadi band death metal yang sangat diperhitungkan. Band-band itu antara lain Morbid Angel, Obituary, Deicide, dan Cannibal Corpse. Kita akan membicarakan band-band itu nanti.
Deat Metal Death Metal
Ciri musik:
1. Growl yang rendah dan parau serta teriakan bernada tinggi.
2. Gitar yang disetel rendah, penuh distorsi.
3. Bass yang gelap dan garang.
4. Drum yang bertempo sangat cepat, blast-beat.
5. Secara keseluruhan, sound-nya sangat dekat dengan sound genre ayahnya, yakni Thrash Metal.
Album penting:
1. Death “Scream Bloody Gore”
2. Possessed “Seven Churches”
3. Master “Master”
4. Obituary “Slowly We Rot”
5. Morbid Angel “Altars Of Madness”
Death Metal Gelombang Kedua (1990 - 1999)
Masa kedua adalah sebuah era di mana death metal benar-benar mulai populer. Banyak hal terjadi di era ini; bermunculannya band-band penting, perubahan dalam sound, dan merebaknya kontroversi di sekitar aliran ini. Pada kenyataannya banyak sekali peristiwa penting terjadi di masa ini, saya akan mencoba memecahnya berdasarkan tahun. Jangan kaget apabila saya mengganti pokok pembicaraan terlalu tiba-tiba.
Pada tahun 1990, Death merilis “Spiritual Healing”, sebuah album dengan tema yang agak lain dibanding tema album death metal saat itu. Di album ini mereka lebih berfokus pada isu sosial dan filosofis, tidak lagi darah dan gore seperti dua album mereka sebelumnya. Deicide merilis album debutnya, “Deicide”. Album ini benar-benar mengangkat satanisme ke tingkat yang sangat ekstrim. Satanisme yang sangat serius, bukan satanisme murahan yang pernah anda temukan dalam album-album Venom.
Yang jelas album ini sangat sukses di kalangan underground, karena musiknya yang catchy dan mengesankan. Di tahun yang sama Cannibal Corpse mengeluarkan album pertamanya, “Eaten Back To Life”. Album ini memperkenalkan sebuah gaya baru dalam growl yang disebut ‘The Cookie Monster’ yang dibawa oleh vokalis mereka, Chris Barnes. Dalam growl gaya ini, suara yang dikeluarkan lebih kasar dan dalam, mirip dengan vokal sebuah tokoh dalam Sesame Street, the Cookie Monster. Dan karena gaya vokal ini mengeluarkan sound yang agresif dan jahat, kata-kata yang diucapkan vokalis menjadi lebih susah ditangkap. Kelak gaya vokal ini akan menjadi penanda utama atau atribut paling mudah dikenal orang saat mereka membicarakan death metal.
Death Metal Death Metal
Sekarang kita masuk ke tahun 1991. Tahun ini menjadi saksi munculnya brutal death metal, yang dimainkan oleh dua inovator utama aliran ini, Suffocation dan Immolation. Genre ini dicirikan oleh growl yang rendah dan ultra-berat, dan penekanan ekstra pada bass, gitar dengan setelan rendah, dan penggunaan bass drum yang lebih intense. Genre ini, meski kelihatannya amat simpel, namun untuk memainkannya membutuhkan ketrampilan teknis dan penguasaan musik yang tinggi. Dua album brutal death metal yang dirilis di tahun ini adalah “Effigy Of The Forgotten” dari Suffocation dan “Dawn Of Possession” milik Immolation.
Death Metal Death Metal
Tahun 1992 tercatat sebagai tahun di mana death metal mulai menunjukkan kesuksesan komersil. Dimulai dengan album masterpiece dari Obituary, “The End Complete”. Album ini terjual 250.000 kopi di seluruh dunia, termasuk salah satu album death metal paling laris sepanjang masa. Ada beberapa faktor yang berperan dalam kesuksesan album ini. Pertama adalah label. Obituary dikontrak oleh Roadrunner Records, sebuah label cukup besar yang menjadi rumah bagi band-band death metal terdahulu. Roadrunner memiliki modal untuk mencetak banyak kopi dan mampu mengedarkannya ke para distributor. Kedua adalah basis penggemar yang luas.
Obituary telah memiliki basis fans yang hebat saat album mereka keluar. Ketiga adalah fakta bahwa di tahun yang sama, Obituary melakukan tur bersama band death metal terkenal lain, Cannibal Corpse. Album sukses lain yang keluar tahun tersebut adalah “Legion” dari Deicide. Album ini juga dirilis oleh Roadrunner Records dan didistribusikan luas ke seluruh belahan dunia. Album paling inovatif pada tahun tersebut adalah “Soul Of A New Machine” dari Fear Factory. Rilisan ini adalah album death metal pertama yang mengenalkan vokal bersih, suatu langkah yang dianggap tabu bertahun-tahun sebelumnya. Terobosan ini akan menjadi jalan bagi banyak band death metal untuk melakukan inovasi mencengangkan dalam aliran ini kemudian.
Death Metal Death Metal
Melangkah ke tahun 1993. Peristiwa paling menonjol di tahun ini adalah rilisan album “Covenant” milik Morbid Angel. Dianggap penting sebab itu adalah album death metal pertama yang dirilis oleh label besar, mencatatkan Morbid Angel sebagai band death metal pertama yang bergabung dengan label besar. Label yang mengontrak mereka adalah Giant Records. Meski tidak tampak seperti label besar namun Giant Records ditopang oleh Warner Brother Records, salah satu label rekaman terbesar di dunia.
Death MetalSekarang saatnya mengoper persneling. Di tahun 1994, Cannibal Corpse merilis “The Bleeding”, album rekaman terakhir mereka bersama vokalis Chris Barnes. Cryptopsy meluncurkan “None So Vile”, salah satu album death metal terbaik yang pernah dihasilkan oleh band Kanada. Di tahun 1995, Suffocation mengeluarkan “Pierced From Within”, yang dengan cepat menjadi album death metal klasik.
Melompat ke tahun 1998, kita akan menemukan band pionir death metal dari Florida, Death, merilis album terakhir mereka “The Sound of Perseverance”. Album ini memperlihatkan puncak pencapaian band ini. Sound mereka bergeser dari death metal menjadi lebih progressive metal. Album ini merangkum teknik perkusi rumit dari sosok terkenal Richard Christy, performa bass luar biasa Scott Clendenin, serta permainan gitar yang kompleks dan dalam oleh duo Shannon Hamm dan Chuck Schuldiner.
Ini adalah album yang benar-benar memberi definisi baru genre death metal. Sama pentingnya dengan “The Sound of Perseverance”, adalah “Gore Metal”, debut album milik Exhumed. Dianggap penting karena album ini juga merekam perkembangan genre musik. Gore Metal berakar dari death metal, namun memiliki sound melodik lebih banyak dan riff yang catchy. Yang jelas, dalam album ini seringkali ada tiga vokalis yang berbeda, seperti Carcass di awal karirnya. Album ini segera menjadi inspirasi ribuan band lain untuk menirunya, dan memainkan jenis musik yang sama. Anyway, ini era yang ekspansif. Karena tak mungkin bagi saya untuk menjelaskan semua peristiwa yang terjadi di era tersebut pada halaman ini, saya akan berhenti di sini.
Death Metal
Ciri Musik:
1. Kemunculan brutal death metal
2. Berkembangnya progressive death metal
3. Membiaknya Gore Metal
Album Penting:
1. Death “The Sound Of Perseverance”
2. Morbid Angel “Covenant”
3. Deicide “Legion”
4. Cannibal Corpse “Eaten Back To Life”
5. Suffocation “Pierced From Within”
6. Immolation “Dawn Of Possession”
7. Exhumed “Gore Metal”
Death Metal Gelombang Ketiga (2000 - sekarang)
Ini adalah gelombang terkini dalam death metal. Di era ini kita bisa melihat bahwa death metal kembali memperoleh popularitasnya kembali di seluruh penjuru dunia. Ide-ide baru tumbuh subur dari dalam bawah tanah. Band-band baru menjejakkan langkah mereka menuju kerajaan baru. Rilisan penting pertama di era ini adalah album Morbid Angel “Gateways to Annihilation” di tahun 2000. Album ini meneruskan pengaruh progressive death metal yang dibawa Death. Album lain yang dirilis di tahun yang sama adalah “Insineratehymn”, sebuah karya yang menancapkan kembali pengaruh Deicide.
Death MetalTragedi menimpa masyarakat death metal pada 2001 dengan kematian Chuck Schuldiner karena kanker otak. Komunitas death metal berduka karena kehilangan salah satu sosok pionir dan pemikir terbaiknya. Melangkah ke 2002, kita menyaksikan lebih ekspansifnya penyebaran gore metal, seiring rilisan kaya inovasi “Mondo Medicale” dari Impaled. Tak dapat dilepaskan dari pengaruh hebat Carcass, Impaled membangun genre gore metal dengan melodi dan kemampuan bermusik yang prima.
Death metal terus berkembang di tahun 2003, saat Exhumed meluncurkan “Anatomy Is Destiny”. Dalam album ini riff menjadi bagian wajib, skill juga makin mendapatkan fokus yang lebih besar, dan pengaruh band-band Swedish death metal makin kentara. Saat ini kita tengah hidup di era gelombang ketiga death metal dan keadaan senantiasa berubah. Kita belum tahu ke mana gelombang ini akan membawa kita, jadi kita tunggu saja.
Who Said Death Metal Is Dead?!
Mendekati akhir dari laporan ini, kita mesti ingat bahwa death metal terus berkembang dalam tempo yang cepat, dan terus berubah seiring waktu. Lima tahun dari sekarang barangkali informasi dalam tulisan ini akan jadi usang! Apabila anda menemukan kekeliruan dalam tulisan ini misalnya informasi yang tak lengkap atau ada peristiwa penting yang terlewatkan, itu semata-mata kelemahan saya dan mohon dimaafkan.
Tapi saya tidak patut khawatir, sebab kita semua memiliki pemikiran yang berbeda-beda, dan niat saya menuliskan laporan ini bukanlah sebagai tugas namun untuk berbagi informasi bagi siapa saja yang ingin mengetahui sedikit tentang genre death metal dan agar yang saya tulis ini menjadi catatan di waktu mendatang.

Minggu, 09 Februari 2014

Kisah Nyata Yang Dijadikan Film Horor

Film merupakan salah satu dari sekian banyak media hiburan yang banyak disukai orang-orang di seluruh dunia. Salah satu genre film yang diminati adalah horor, banyak sutradara film horor yang terinspirasi membuat film dari cerita rakyat,dongeng masa lalu dan yang paling unik adalah film horor tersebut terilhami dari kisah nyata yang benar- benar terjadi, bahkan penjualan film tersebut terbilang sukses. Berikut uniknya.com merangkum  film horor yang berdasarkan kisah nyata:


1. The Amityville Horror

Sejauh ini, The mityville merupakan film horor terseram yang di ambil dari sebuah kisah nyata. Bermula dari seorang pemuda yang rentan terhadap penyalah gunaan narkoba Ronald deFeo jr (alias "Buth") yang membantai seluruh anggota keluarganya pada suatu malam 14 November 1974 dengan mengunakan senjata api, disaat anggota keluarganya tertidur, pertama ia menembaki ayah dan ibunya yang sedang tidur di kamar mereka, diteruskan dengan membunuh saudaranya yang lebih muda. Menurut polisi, deFeo membunuh seluruh anggota keluarganya untuk mendapatkan sejumlah uang, tetapi banyak isu-isu yang berdar bahwa Defeo melakukan pembunuhan keji itu dikarenakan dia mendengar bisikan-bisikan gaib dari arwah yang ada di rumah tersebut.

Beberapa tahun kejadian setelah kejadian tersebut rumah yang menjadi peristiwa pembantaian keluarga itu didiami oleh keluarga Lutz. Mereka menemukan sebuah ruangan rahasia yang diyakini menyimpan sebuah misteri dari kejadian pembunuhan keluarga DeFeo dan tak lama setelah itu keluarga Fatz melarikan diri dari rumah tersebut tanpa alasan yang tak jelas.

2. The Exorcism Of Emily Rose

The Exorcism Of Emily Rose merupakan salah satu film horor yang terbilang sangat sukses dari sisi penjualannya. Film ini terpengaruh dari kisah seorang gadis remaja Annelise Michel, yang sebelumnya adalah gadis remaja biasa. Kejadian aneh dimulai ketika usianya 17 tahun pada 1968 ia kejang-kejang dan mengalami serangan epilepsi pertamanya pada 1969, pada saat itulah Annelise mulai berhalusinasi tentang setan ketika ia sedang berdoa. Pada tahun 1975, dia ditetapkan menderita depresi dan hingga sering sekali melukai dirinya sendiri sampai beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri.

Seseorang yang pertama mendiagnosis bahwa Annelisse mengalami kerasukan adalah seorang perempuan tua yang menemaninya saat ia berziarah. Dia melihat Anneliese berjalan menghindar melewati gambar tertentu dari Yesus, dan ketika ia menolak untuk minum air yang berasal dari mata air suci. Kemudian seorang pengusir setan dari kota terdekat memeriksa Anneliese dan menyimpulkan bahwa ia dirasuki. Setelah pengobatan medis yang selalu gagal, akhirnya ritual eksorsisme dipilih yang dilakukan oleh seorang Uskup. Pada saat itu Annelise mulai melukai dirinya sendiri dan menolak untuk makan.

Anneliese melakukan sejumlah tindakan yang sangat aneh. Ia menjilat urinnya sendiri dari lantai. Dia memakan lalat, laba-laba, dan batubara. Dia menggigit kepala burung mati. Annelise pernah merangkak di bawah meja dan menggonggong seperti anjing selama dua hari. Ia sering mendengar teriakan melalui dinding selama berjam-jam. Merobek pakaian dan kencing di lantai. hingga mengakibatkan tubuh dan wajahnya terlihat mengerikan, orang di sekitarnya hampir tidak mengenalinya. Annelise meninggal pada tahun 1 juni 1976 yang diakibatkan karena dehidrasi dan malnutrisi, dan hampir selama satu tahun menderita semi kelaparan ketika ritual exorcism dilakukan.

3. The Entitiy
http://anehdidunia.com

Film ini mengambil cerita dari seorang ibu rumah tangga bernama Dorris Bither yang tinggal bersama putra remaja dan kedua putrinya. Ia sering sekali mengalami kejadian seperti halusinasi dan gangguan fisik. Brian Harris, putra remaja Bither mengatakan sering mendengar ibunya ditampar, dipukuli hingga dilempar didalam kamar, ia juga pernah melihat luka memar pada paha ibunya, yang menurut Bither karena malam sebelumnya ia diperkosa oleh setan.

Film ini terinpirasi oleh seorang ibu, Carmen Reed, yang diwawancarai CNN tentang cerita seram yang dialaminya. Bermula pada 1980 saat Reed beserta keluarganya menempati sebuah rumah kolonial lama di Southington, Connecticut, agar dekat dengan rumah sakit dimana dia dan anak 13 tahunnya itu menerima pengobatan kanker. Segera setelah itu, dua keponakannya bergabung dengan mereka di rumah yang mereka tau pernah menjadi rumah duka. Tidak lama sebelum anaknya yang mulai bercerita tentang suara-suara yang didengarnya, termasuk salah satu "pria jangkung, kurus dengan panjang rambut hitam pekat" yang sering dilihatnya setiap malam.

Pernah ia juga membawa anaknya ke psikiater dan mendapati anaknya semakin gelap dan gelap pada setiap harinya. Hingga akhirnya dia membawa anaknya ke rumah sakit jiwa

4. An American Hunting
http://anehdidunia.com

Ini adalah film horor modern yang mengambil cerita dari masa lampau. Bermula ketika Yohanes Bell mangambil paksa tanah milik Kate Batts, yang dikenal memiliki ilmu sihir. Dan setelah insiden itu, Bell dan putrinya sering mengalami kejadian supranatural, dan yang terparah ia melihat putrinya penuh luka dan putrinya mengaku telah diperkosa oleh mahluk tak berwujud. Pada tahun 1886, seorang sejarawan pernah menulis tentang penyihir batts ini yang sangat terkenal pada masa kepresidanan Andrwe Jackson. Disinyalir, keberadaan keluarga Bell memang ada.

5. Audrey Rose 1977
http://anehdidunia.com

Ini adalah salah satu film horor berdasarkan cerita hantu didasarkan pada peristiwa yang diduga benar. Film menceritakan seorang gadis bernama Ivy dan keluarganya yang sedang diteror oleh seorang pria misterius yang percaya bahwa Ivy adalah reinkarnasi dari putrinya, Audrey Rose, yang meninggal dalam kecelakaan mobil yang berapi-api hanya beberapa menit sebelum Ivy lahir (setelah sebelumnya mendapatkan jawaban sama dari dua paranormal). Apa yang berikut adalah serangkaian kejadian aneh (beberapa sangat mirip dengan yang di 'The Exorcist'), termasuk Ivy mengalami mimpi buruk yang mengerikan dan membakar tangannya di jendela.

Lagu Protes Paling Berpengaruh Di Dunia

Lagu protes yang diciptakan oleh musisi adalah semata mata untuk menunjukan rasa protes mereka terhadap keadaan yang mereka anggap tidak benar. berbagai genre musik tidak mengurungkan niat mereka untuk membuat lagu protes dan terbukti berhasil. Sahabat anehdidunia.com dikutip dari majalah politik di london New Stateman, Berikut ini adalah lagu lagu protes paling terkenal di dunia.


lagu protes paling terkenal di dunia

Imagine (John Lennon)
Lagu ‘Imagine’ ditulis dan dinyanyikan oleh musisi progressif  John Lennon, pada tahun 1971. Kabarnya, lagu ini terinspirasi oleh puisi-puisi Yoko Ono di buku “Grapefruit” di tahun 1964. Lagu Imagine mewakili mimpi John Lennon mengenai masa depan yang dicita-citakan: sebuah dunia tanpa negara, tanpa agama, dan tanpa kepemilikan, dan tanpa keserakahan dan kelaparan.

Sebagian orang menuding itu mimpi atau utopia. Tapi, John Lennon bilang, “you may say I’m a dreamer, but I’m not the only one/ I hope some day you’ll join us/ And the world will be as one. Lennon sendiri pernah berkelakar, “bayangkan, tidak ada agama, tidak ada negara, tidak ada politik, ini hampir mirip dengan Manifesto Komunis, meskipun meskipun aku tidak terlalu Komunis dan saya tidak tergabung dalam gerakan apapun.”

Obsesi Lennon itu tidak terlepas dari ketidakpuasannya terhadap keadaan. Di tahun 1960-an hingga 1970-an, John Lennon bersama The Beatles aktif dalam gerakan anti-perang, terutama menentang perang Vietnam.

God Save the Queen (The Sex Pistol)
Ini adalah lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh grup band Punk Rock, Sex Pistol. Lagu ini masuk album Never Mind the Bollocks, Here’s the Sex Pistols, yang diluncurkan tahun 1977.

Lagu ini menentang monarki yang berkuasa di Inggris. Saat itu Inggris dibawah kekuasaan Ratu Elizabeth II. Judul lagu “God Save the Queen” diambil dari lagu kebangsaan Inggris. God Save the Queen punya lirik yang sangat pedas: God save the queen/ She ain’t no human being/ There is no future/ In England’s dreaming. Majalah musik Rolling Stone menempatkan ‘God Save The Queen” dalam daftar 500 lagu terbaik sepanjang masa.

This Land is Your Land (Woody Guthrie)
Banyak  menyebut lagu ‘This Land is Your Land’ sebagai lagu kebangsaan kedua Amerika Serikat. Yang Lain bilang, ini lagu versi tandingan kaum marxis terhadap lagu ‘God Bless America’.

Lagu ini diciptakan dan dinyanyikan oleh Woody Guthrie. Guthrie menulis lagu ini di tahun 1940 dan merekamnya tahun 1944. Kabarnya, Guthrie menulis lagu ini karena jengkel dengan lagu ‘God Bless America’-nya Irving Berlin, yang tak henti-hentinya diputar di radio.

Lagu ini merupakan refleksi Guthrie setelah melakukan perjalanan panjang dari barat ke pantai timur Amerika. Di perjalanan itu ia bertemu dengan gelandangan, pekerja migran yang terlunta-lunta, dan petani yang tertekan oleh depresi ekonomi.

Lirik lagu ini mengalami beberapa kali pengubahan. Sekarang lagu ini menjadi lagu kebangsaannya gerakan rakyat di Amerika. Hampir setiap aksi protes menyanyikan lagu ini. Termasuk saat aksi yang digelar oleh Gerakan ‘Occupy Wall Street’. Sekarang lagu ini banyak dinyanyikan oleh Pete Seeger, Bruce Springsteen, Tom Morello, dan lain-lain.

Free Nelson Mandela (The Special AKA)
Lagu ‘Free Nelson Mandela’ pertama kali dirilis tahun 1984 sebagai bentuk protes atas penangkapan dan pemenjaraan terhadap aktivis pembebasan Afrika Selatan, Nelson Mandela. Lagu ini pertama kali dinyanyikan oleh band asal Coventry, Inggris, yakni The Special AKA. Lagu ini pernah menempati urutan ke-9 tangga lagu di Inggris dan sangat populer di Afrika.

Penulis lagu ini, Jerry Dammers, tidak begitu yakin lagi akan melahirkan pengaruh kuat dan terkenal. Pada kenyataannya, lagu ini sangat terkenal ke penjuru dunia. Bahkan, lagu ini selalu dinyanyikan saat pawai atau aksi massa ANC (Kongres Nasional Afrika).

The Times they are a-Changing (Bob Dylan)
The Times They Are a-Changin adalah lagu yang sekaligus menjadi judul album karya Bob Dylan yang muncul di tahun 1964. Ini adalah salah satu lagu protes paling terkenal yang ditulis Bob Dylan.

Lagu ini juga menjadi salah satu pembakar spirit perlawanan dan protes sosial di tahun 1960-an. “Ini jelas sebuah lagu yang punya tujuan,” katanya. “Gerakan hak-hak sipil dan gerakan musik kerakyatan akan sangat dekat untuk sementara dan beraliansi saat itu.

Pada tahun 1960, Bob Dylan merupakan salah satu dari sekian penyanyi yang menjadi icon musik protes. Lagu-lagunya langsung menohok isu-isu politik, seperti hak-hak sipil warga kulit hitam Amerika, anti-perang, anti-militerisme, dan lain-lain.

Strage Fluit (Billie Holiday)
“Strange Fruit” adalah satu lagu terkenal yang dinyanyikan oleh Billie Holiday, seorang penyanyi jazz Amerika terkemuka. Lagu ini mulai dibuat dan direkam tahun 1939. Lagu ini diambil dari pusisi Abel Meeropol, seorang Yahudi yang menjadi aktivis Partai Komunis.

Lagu ini memprotes praktek ‘hukuman gantung’ yang berlangsung di Amerika Selatan. Sebagian besar yang digantung adalah kaum budak atau keturunan Afro-Amerika. Tercatat, sedikitnya 3,446 kulit hitam dan 1297 kulit putih dihukum gantung sejak 1882 hingga 1968.

Lagu ini cukup populer dan masuk daftar 20 lagu terbaik sepanjang masa. Lagu ini sekaligus melambungkan nama Billie Holiday dengan suaranya yang luar biasa untuk terus dikenang dalam sejarah lagu politis di dunia.

La Marseillaise (Claude De Lisle)
La Marseillaise adalah salah satu lagu patriotik di saat meletusnya Revolusi Perancis. Lagu ini ditulis oleh komposer Perancis yang juga bekerja sebagai tentara, Claude Joseph Rouget de Lisle.

De Lisle awalnya menulis lagu dengan tajuk  Chant de guerre pour l’Armée du Rhin ( Lagu perang untuk tentara dari Rhine). Lagu ini sangat populer saat revolusi Perancis meletus. Lagu ini dinyanyikan oleh sukarelawan dari Provencal, yang sebagian besar adalah warga biasa, yang berusaha menangkap Raja Louis XVI di bulan Agustus tahun 1792.

Lagu ini kemudian dikenal sebagai La Marseillaise dan dijadikan lagu kebangsaan Perancis pada tahun 1795. Namun, lagu ini sempat dilarang di era Napoleon I, Louis XVIII dan Napoleon III. Kendati lagu ini sangat sukses, tetapi tidak demikian dengan penciptanya. De Lisle meninggal dalam kemiskinan di tahun 1836.

Sunday Bloody Sunday (U2)
Lagu “Sunday Bloody Sunday” diciptakan dan dinyanyikan oleh kelompok band Irlandia, U2, untuk mengenang kejadian tragis pada 30 Januari 1972, di kota Derry, Irlandia Utara, saat militer Inggris menyerang pawai damai kelompok hak sipil.

Saat itu, lebih dari 20 ribuan warga Irlandia Utara menggelar aksi damai. Namun, militer Inggris meresponnya aksi damai dengan sangat brutal. Mereka mengirimkan pasukan penerjun payung bersenjata lengkap dan menembaki demonstran. Laporan resmi menyebutkan 27 orang demonstran tewas dalam serangan brutal itu.

Lagu ini masuk dalam album “War”, yang diluncurkan Februari 1983. Lagu “Sunday Bloody Sunday” menjadi lagu protes paling terkenal dan selalu dinyanyikan U2 di setiap konsernya selama 25 tahun. Bono, pentolan U-2, yakin bahwa musik bukan sekedar hiburan, tapi lebih dari itu. Menurutnya, musik bisa mengubah sebuah generasi. “Lihatlah apa yang terjadi dengan Vietnam. Musik mengubah seluruh generasi untuk bersikap terhadap perang,” katanya.

Internationale (Eugène Pottier)
Inilah lagu yang membangkitkan klas tertindas dan terhisap di seluruh dunia untuk bangkit melawan. Inilah lagu “Internasionale”, karya Eugène Pottier, seorang buruh dan sekaligus sosialis Perancis.

Lagu ini sudah diterjemahkan dalam hampir semua bahasa di seluruh dunia. Lagu ini menjadi lagu kaum proletar di seluruh dunia yang berjuang untuk pembebasan sejati, yakni sosialisme.

Lagu ini diciptakan oleh Pottier di bulan Juni 1871, di saat kaum buruh berhasil membangun kekuasaan proletar pertama di muka bumi, yakni Komune Paris. Pottier sendiri menjadi bagian dari pemerintahan revolusioner tersebut. Vladimir Lenin kemudian menulis, “Komune ditindas, akan tetapi Internasionale-nya Pottier menyebarkan ide-ide Komune ke seluruh penjuru dunia, dan sekarang lagu ini mempunyai daya hidup lebih daripada di waktu kapanpun.”

Lagu ini membakar semangat perlawanan siapa saja yang berjuang untuk keadilan sosial. Tidak hanya kaum sosialis dan kaum komunis. Sampai-sampai seorang demokrat radikal seperti Ki Hajar Dewantara tertarik untuk menerjemahkan lagu ini ke bahasa Indonesia.

Shipbuilding (Robert Wyatt/Elvis Costello)
Lagu Shipbuilding ditulis oleh Elvis Costello saat perang Falkland meletus di tahun 1982. Lagu ini mengangkat hal kontradiktif semasa perang Falkland. Saat itu, untuk menggantikan kapal perang yang rusak, galangan kapal tradisional ini pun kembali dibangun.

Namun, berita pembangunan kembali galangan kapal baru ini tidak begitu menyenangkan, sebab anak-anak muda di daerah sekitar galangan kapal juga harus ikut menyerahkan nyawa mereka di dalam perang.

lagu protes paling berpengaruh di dunia

 Jerussalem (Willam Blake)
Lagu ini berasal dari puisi dari seorang penyair Inggris, William Blake. Puisi ini kemudian menjadi lagu oleh Hubert Parry di tahun 1916 dan diberi judul “Jerussalem”. Sejak itu, lagu itu menjadi lagu universal.

Blake, yang gelisah dengan revolusi Industri, menulis puisinya dari cerita  apokrif kunjungan Yesus ke Inggris, yang ada kaitannya dengan konsep ‘kedatangan kedua’ dan pembentukan Yerussalem lain. Sebuah metafora untuk dunia baru yang lebih damai.

Blake mengadopsinya dalam konteks Inggris, di saat Revolusi Industri di abad ke-19, yang ditandai dengan ketakutan terhadap ‘pabrik-pabrik setan’. Ia memimpikan Jerussalem dengan rumputnya yang biru.

Won’t Get Fooled Again (The Who)
Won’t Get Fooled Again adalah lagu yang dinyanyikan oleh band Rock Inggris, The Who, pada tahun 1971. Kendati lagu dikategorikan lagu politik, tetapi sebetulnya bentuk sinisme politik.

Si penulis lagu ini, Pete Townshend, pernah bilang, tidak tepat sebuah lagu mendekritkan revolusi. Menurutnya, sebuah revolusi, seperti juga semua aksi, hanya akan mencapai hasil yang tidak pernah kita perkirakan.

Ketika sutradara film  Michael Moore meminta lagu ini dimainkan di bagian penutup film Fahrenheit 9/11, Townshend menolaknya. Jadi, sebetulnya lagu bukanlah lagu protes yang diharapkan bisa menggerakkan mereka yang dijepit ketidakadilan.

Killing In The Name (Rage Against The Machine)
Lagu Killing In The Name adalah lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh band revolusioner asal Amerika, Rage Against The Machine (RATM), pada tahun 1992.

Lagu ini dipersembahkan sebagai bentuk perlawanan terhadap rasisme dan kebrutalan polisi. Lagu ini lahir bersamaan dengan kerusuhan rasial yang terjadi di Los Angeles tahun 1992. Kerusuhan itu dipicu oleh pembebasan 4 polisi kulit putih yang terlibat pemukulan terhadap seorang kulit hitam.

Lirik lagu ini memperlihatkan luapan kemarahan. Kata ‘F**k You’ tercatat 16 kali di lagu ini. Kemudian ditutup dengan teriakan “Motherf**ker!”. Ini kemarahan yang sudah mendidih terhadap rasisme yang terlembaga dalam sistem politik Amerika. Bahkan, di dalam korps kepolisian banyak yang menjadi pendukung organisasi teroris-fasis  Ku Klux Klan.

Talkin’ ‘Bout a Revolution (Tracy Chapman)
Talkin’ ‘Bout a Revolution adalah single kedua dari Tracy Chapman. Lagu ini berisi pesan politis agar rakyat miskin bangkit untuk merebut hak-hak mereka. Lagu ini dirilis tahun 1988.

Pada tahun yang sama, Tracy tampil di Konser memperingati 40 Tahun Deklrasi Hak Azasi Manusia. Juga, pada tahun yang sama, ia tampil dalam konser penghormatan untuk Nelson Mandela. Dana yang terkumpul dari konser itu digunakan untuk perjuangan anti-apartheid.

Tracy Chapman, yang sangat mengagumi Nelson Mandela, merasakan kerasnya kehidupan sosial di AS yang rasis. Namun, sikap humanis-nya justru terbangun dari pengalaman itu. Ia kemudian mendedikasikan lagu-lagunya untuk melawan ketidakadilan dan penindasan.

Mississippi Goddam (Nina Simone)
Lagu Mississippi Goddam ditulis dan dinyanyikan oleh penyanyi dan pianis Amerika, Nina Simone, pada tahun 1964. Lagu ini merupakan protes atas pembunuhan Medgar Evers, seorang aktivis hak-hak sipil keturunan Afrika di Mississippi.

Lagu ini juga memprotes pengeboman gereja di Birmingham, Alabama, dan pembunuhan empat orang anak kulit hitam. Ia pernah menyanyikan lagu ini dihadapan 40.000 orang di acara aksi Selma to Montgomery marches.

Setelah dirilis, lagu ini menjadi lagu aksi-nya kelompok pejuang hak-hak sipil di Amerika. Lagu ini sempat dilarang di beberapa negara bagian selatan Amerika karena kata-kata “goddam”.

What’s Going On? (Marvin Gaye)
Lagu “What’s Going On” direkam tahun 1971 oleh penyanyi R&B Amerika, Marvin Gaye. Lagu ini awalnya disusun oleh Renaldo “Obie” Benson, yang juga penyanyi R&B.

Lagu ini terinspirasi dari kejadian yang disaksikan Benson saat melakukan kunjungan ke Barkeley di tahun 1969. Saat itu ia menyaksikan kebrutalan polisi yang memukuli demonstran. Ia kemudian berusaha menuliskan apa yang disaksikannya. Tetapi tidak pernah selesai.

Sampai kemudian ia bertemu Marvin Gaye dan menawarkan lagu ini. Marvin Gaye meresponnya. Tak lama setelah dirilis, kaset lagu ini laku 2,5 juta kopi.

The Revolution Will Not Be Televised (Gil Scott-Heron)
Lagu ‘The Revolution Will Not Be Televised’ diciptakan oleh penyair dan sekaligus penyanyi jazz Amerika, Gil Scott-Heron. Ia kemudian merekam lagu ini pada tahun 1970.

Lagu ini lahir sebagai respon terhadap kehidupan politik di era Presiden Nixon dan ketidakmampuan media mainstream menangkap kehendak atau perasaan rakyat. Judul lagu ini diambil dari slogan populer dari gerakan protes di tahun 1960-an.

Menurut Gil, lagu itu tentang bagaimana mengubah pikiran. “Anda harus mengubah gaya berpikir anda sebelum mengubah jalan hidup anda dan cara anda bergerak.”

Redemptiong Song (Bob Marley and The Wailers)
Lagu ‘Redemptiong Song” karya Bob Marley ini ditulis di tahun 1979. Lagu ini terinspirasi oleh pidato yang disampaikan oleh Marcus Garvey, salah satu tokoh pejuang pembebasan Afrika, yang menyerukan bangsa Afrika untuk melakukan ‘emansipasi dari mental budak’.

Ini adalah lagu yang berisi seruan bagi bangsa Afrika, yang baru saja lepas dari perbudakan, untuk melepas mental budak dengan membebaskan pikiran mereka dari rasa rendah diri dan terperintah.

Melalui lagu ini, Bob Marley menebar optimisme kepada bangsa Afrika tentang masa depan yang gemilang: We forward in this generation Triumphantly. Di tahun 2009, seorang penyair Jamaika, Mutabaruka, menyatakan lagu ini sebagai lagu paling populer dalam sejarah Jamaika.

Where Have All the Flowers Gone (Pete Seeger)
Lagu Where Have All the Flowers Gone adalah lagu rakyat yang diciptakan dan dinyanyikan oleh penyanyi Kerakyatan Amerika, Pete Seeger. Lagu ini ditulis Peter Seeger di tahun 1945.

Lagu ini banyak terinspirasi oleh lagu-lagu rakyat Ukraina yang ada di dalam novel “And Quiet Flows the Don” karya novelis Soviet Michail Sholokhov.

Pete Seeger sendiri adalah pencipta banyak sekali lagu-lagu rakyat Amerika yang populer, seperti We Shall Overcome, If I Had a Hammer, dan Guantanamera.

Pete Seeger sudah 7 dekade lebih menekuni lagu-lagu rakyat dan banyak menginspirasi musisi kerakyatan lainnya. Tak heran, Bob Dylan menyebut dia “Santo”. Karena dukungan dan keterlibatannya dalam memperjuangkan hak-hak sipil, menentang perang, dan melawan segala bentuk keadilan, banyak yang mengusulkan Pete Seeger untuk mendapatkan nobel.

Pete Seeger sangat memegang kuat pernyataan Bertolt Brecht: seni bukanlah cermin untuk menangkap realitas, tetapi sebuah palu yang digunakan untuk membentuk itu.

Glad To Be Gay (Tom Robinson)
Lagu ‘Glad To Be Gay’ adalah lagu yang diciptakan dan dinyanyikan oleh grup band Punk Rock Inggris, Tom Robinson Band. Lagu ini ditulis oleh Tom Robinson untuk parade Gay Pride di tahun 1976. Sejak itu, lagu ini menjadi lagu kebangsaan kaum gay di Inggris.

Robinson, mantan penyanyi anak-anak di gereja, sangat tertarik dengan politik pembebasan LGBT dan terinspirasi oleh Sex Pistol. Lagu “Glad To Be Gay” merupakan kritik terhadap pandangan diskriminatif sebagian masyarakat Inggris terhadap kaum Gay. Lagu ini juga memprotes tindakan polisi menyerbu bar kaum gay tanpa alasan.