Ø Eklektikisme: terdapat kecenderungan untuk mencampur adukkan
semua jenis gaya
arsitektur, terkadang tanpa mengindahkan kaidah komposisi dan
estetika.
Ø Neo Klasik: hanya mengambil satu bentuk/gaya arsitektur klasik
Yunani atau
Romawi, dengan proses, teknologi dan material baru.
Beberapa latar belakang yang mempengaruhi masa
transisi dari periode arsitektur eklektik ke periode arsitektur modern awal,
sebagai cikal bakal arsitektur modern yang berkembang selanjutnya adalah
kejenuhan terhadap keglamoran dan kepalsuan bentuk akibat terlalu bersoleknya
arsitektur—akibat banyaknya ornamen—pada periode sesungguhnya. Hal ini memunculkan
adanya ide baru terhadap gaya arsitektur, yang dijadikan pegangan dalam
perkembangan arsitektur modern. Ide-ide itu adalah:
Ø Kesederhanaan
Penggunaan bentuk abstrak yang sederhana atau
geometris murni. Biasanya menggunakan bentuk-bentuk dasar lingkaran, bujur
sangkar, dan segitiga.
Ø Ke-murni-an
(puris)
Menciptakan hal yang baru tanpa mencontoh /
menjiplak periode terdahulu. Kecenderungan untuk tidak bersikap pragmatis dan iconic ini merupakan suatu upaya untuk memutuskan
rentetan kejadian arsitektur masa lalu, terutama dalam pemciptaan bentuk yang
benar-benar baru.
Ø Universalitas
(global)
Karena kesederhanaan bentuk maka bentuk yang
terjadi dapat diterima semua kalangan, baik yang berada di satu wilayah yang
sama maupun yang berbeda wilayah. Hal ini membuat arsitektur modern tampil
polos dengan bentuk geometri saja. Tidak ada pembedaan langgam/style pada
daerah yang berbeda.
Ø Antilokalitas
dan Romantisme
Bentuknya sama dimanapun arsitektur itu berada
(berkaitan dengan universalitas), lugas, tanpa kesempatan untuk “berpuisi ria”.
Antilokalitas juga merupakan suatu upaya untuk melepaskan diri dari pengaruh
arsitektur periode sebelumnya yang mengedepankan simbol-simbol vernakular.
Ø Kesan
bangunan steril dan anti ornamen
atuau order (langgam)
Tampangnya bersih tanpa ada ornamen atau
langgam-langgam. Tidak mempunya identitas, sebagai akibat dari sikap arsitek
pada masa itu yang “alergi” terhadap nilai kelokalan dan kepalsuan akibat
ornamen.
Ø Asimetris
Suatu upaya untuk membuang image arsitektur pra-modern yang selalu digambarkan
kaku, terikat pada kaidah-kaidah simetri. Sebagai hasilnya, arsitektur yang
terjadi lebih bersifat dinamis.
Ø Teknologi
dan material
Menggunakan cara atau proses baru yang berbeda
dari arsitektur sebelumnya, di samping itu juga didapatkan temuan material baru
seperti beton bertulang (reinforced concrete), besi, baja dan lain-lain. Selain itu teknologi pengolahan
baru
Ø Sosialistik
Terkesan merakyat (tidak borjuis) karena
bentuknya yang sederhana dan tanpa ornamen
Adanya ide-ide baru inilah membuat arsitektur
modern menerima banyak kritikan di tahun 1970, karena arsitektur ini dinilai
tidak mempunyai identitas, tidak memiliki ekspresi, serta tidak modis.
Terdapat dua ciri umum yang menjiwai periode
modern yaitu:
1. Fungsionalisme
Pada era pra modern, yang dianggap sebagai
arsitektur hanyalah bangunan-bangunan gereja dan istana. Bangunan diluar kedua
tipe bangunan tersebut (seperti perumahan) tidak dianggap sebagai suatu
arsitektur. Pada era modern timbul aktivitas-aktivitas baru yang membutuhkan
wadah akibat dampak dari revolusi industri. Mulai bermunculan bangunan-bangunan
pabrik, perkantoran, dan sebagainya.
Sebagai akibat Revolusi Industri, cara
produksi bergeser dari teknik individual yang cenderung custom made, menjadi teknik produksi massal yang
mengedepankan kebutuhan akan produk yang cepat dan murah. Pada sudut pandang
arsitektur, hal ini ditandai dengan adanya kebutuhan akan pemukiman yang murah
dan efisien.
Fungsionalisme kemudian timbul atas latar
belakang di atas. Arsitektur modern mengedepankan fungsi dimana suatu
arsitektur dapat mewadahi aktivitas. Berbeda dengan arsitek pada masa pra
modern yang menata berdasarkan tipologi, arsitek modern menata berdasarkan
fungsi.
2. Purisme
Purisme berasal dari akar kata pure (murni). Pada era modern arsitekturnya
berusaha menjaga kemurnian bentuk geometrikal yang lepas dari ornamen-ornamen
seolah-olah arsitektur modern alergi terhadap ornamen. Bentuk harus ditampilkan
dengan sejujur-jujurnya (anti kamuflase).
Kecenderungan pada era ini adalah bahwa selama
fungsi struktural dapat terpenuhi maka fungsi estetika boleh diabaikan. Hal ini
menyebabkan tipe-tipe bangunan pada jaman ini hampir sama hanya dibedakan dari
fungsinya saja ( bentuk merupakan nomor dua setelah fungsi )
a. KUBISME
tahun 1910
Arsitektur dianggap merupakan salah satu
cabang dari seni rupa dan terpengaruh dengan trend seni rupa yang dipopulerkan
oleh Pablo Picasso. Cirinya :
§ Geometrisasi fenomena
alam, tidak tampil realistik
§ Memperlihatkan
bagaimana benda-benda dipengaruhi oleh cahaya
§ Banyak mempermainkan
unsur panjang lebar tinggi yang dikomposisikan dengan cahaya (baik alam maupun
buatan)
§ Mengganggap arsitektur
adalah rancangan ruang bukan kulit. Yang dirancang adalah volume bukan tampilan
dari bidang-bidangnya
§ Mengganggap arsitektur
adalah sebagai wadah atau kontainer dari suatu aktivitas.
Arsitek yang terkenal dari gaya ini:
Ø Le Corbusier
Arsitektur dianggap sebagai mesin hidup (living machine),
yang terdiri dari bagian-bagian yang merupakan sebuah sistem dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya (sistem pencahayaan, sistem struktur, dan
sistem utilitas).
Falsafahnya tentang arsitektur adalah
menciptakan rasa aman, keramah tamahan, kebahagiaan serta kesatuan yang
harmonis dari bentuk-bentuk yang ada di bumi ini dan hubungannya dengan skala
manusia. Selain itu desainnya dipengaruhi oleh bentuk-bentuk geometris,
penggunaan beton eksposed dan permainan bayangan (seperti seni patung)
Ø Frank Lloyd Wright
Dengan paham dasar organic architecture, arsitektur diang-gap sebagai unsur organik dari alam (naturally). Karyanya yaitu museum Guggenheim di New York didisain seperti “siput beton”—spiral yang ber-kelanjutan naik dari lantai sampai keatas. Sedang dalam karyanya yaitu Johnson Administration Building kolom beton bertulangnya berbentuk seperti bunga lili . Lantainya berbahan pirex glass yang memberikan cahaya difus, jadi pengunjung yang datang seakan-akan membayangkan dirinya berada di dalam kolam dan di bawah naungan bunga-bunga Lili. Dalam mengembangkan semangat Purisme, Wright selalu menunjukkan keaslian karakteristik materialnya, “Dimana batu digunakan sebagai batu, kayu sebagai kayu dan kaca sebagai kaca”. Pengaplikasian konsep ini dapat kita lihat pada Fallingwater. Unutuk menunjang kesan Natural bangunan yang berdiri di atas air terjun ini, material lantai dan dindingnya adalah batu alam.
Dengan paham dasar organic architecture, arsitektur diang-gap sebagai unsur organik dari alam (naturally). Karyanya yaitu museum Guggenheim di New York didisain seperti “siput beton”—spiral yang ber-kelanjutan naik dari lantai sampai keatas. Sedang dalam karyanya yaitu Johnson Administration Building kolom beton bertulangnya berbentuk seperti bunga lili . Lantainya berbahan pirex glass yang memberikan cahaya difus, jadi pengunjung yang datang seakan-akan membayangkan dirinya berada di dalam kolam dan di bawah naungan bunga-bunga Lili. Dalam mengembangkan semangat Purisme, Wright selalu menunjukkan keaslian karakteristik materialnya, “Dimana batu digunakan sebagai batu, kayu sebagai kayu dan kaca sebagai kaca”. Pengaplikasian konsep ini dapat kita lihat pada Fallingwater. Unutuk menunjang kesan Natural bangunan yang berdiri di atas air terjun ini, material lantai dan dindingnya adalah batu alam.
Konsep Kubisme yaitu permainan unsur vertikal dan horisontal yang juga dimasukkan dalam karya ini. Hal ini terlihat pada permainan-permainan kantilever-kantilever betonnya.