Anak sulit berkonsentrasi dan sering mengantuk di kelas bisa disebabkan asupan gizi yang kurang. Karena itu, sebaiknya anak dibiasakan untuk sarapan sebelum berangkat sekolah.
Sarapan bukan hanya menjadi bekal energi bagi aktivitas anak, tetapi sarapan secara teratur juga bisa mencegah kegemukan. Anak yang rutin sarapan pada umumnya bisa menjaga porsi makannya saat makan siang. Perut kosong karena tidak sarapan juga mendorong anak untuk jajan sembarangan.
Selama tidur, keadaan tubuh seperti saat sedang berpuasa, kadar glukosa turun. Setelah bangun, anak langsung memulai berbagai aktivitas yang tentunya membutuhkan energi.
"Anak membutuhkan asupan untuk berbagai aktivitas harian, mulai dari gerak kasar sampai berpikir. Tanpa sarapan, kebutuhan tubuh akan energi tak akan cukup," kata dr Soedjatmiko Sp A, dalam acara media edukasi bertajuk "Masa Depan Besar Berawal dari Sarapan" di Jakarta beberapa waktu lalu.
Kebutuhan kalori anak berusia 7-13 tahun sekitar 1.500 - 2.000 kalori setiap hari. Sarapan yang baik mampu memenuhi kebutuhan gizi 15-25 persen dari kebutuhan harian. Makanan yang dikonsumsi juga harus cukup serat, rendah lemak, dan mengandung karbohidrat kompleks.
"Selain sarapan, nanti di antara waktu makan siang harus ada camilan selingan, misalnya kue arem-arem, kroket daging, lemper, dan bisa ditambah satu susu kotak," katanya.
Nnamun, sayangnya, masih banyak anak Indonesia yang tidak sarapan. Bagi orangtua, khususnya ibu, masalah utama adalah sulitnya membangunkan anak dari tidurnya untuk sarapan, sulit mengajak anak sarapan, hingga khawatir anak terlambat sekolah.
Jika anak terbiasa tidak sarapan, lama-kelamaan kualitas tumbuh kembang anak menjadi lebih rendah dibanding anak yang gizinya cukup.
"Anak yang sarapan memiliki konsentrasi lebih baik di sekolah, lebih baik stamina dan status gizinya. Kebiasaan tidak sarapan akan membuat anak kehilangan masa depan yang besar," kata Prof Hardinsyah dari Departemen Gizi Masyarakat IPB.
Psikolog Roslina Verauli juga mengungkapkan, membiasakan sarapan pada anak-anak merupakan investasi jangka panjang yang dapat menciptakan generasi tangguh.
"Anak jadi lebih disiplin dan teratur, serta punya emosi yang terkendali karena selalu merasakan momen kebersamaan dalam keluarga," katanya.