Bicara soal keahlian membikin telepon genggam, tak diragukan bahwa Nokia merupakan salah satu produsen yang paling berpengalaman. Sayang, mantan pabrikan ponsel nomer satu ini sekarang harus berusaha bertahan hidup di tengah serbuan para pesaing baru.
Salah satu faktor yang membuat Nokia berubah nasib menjadi seperti sekarang, menurut wakil presiden smartphone Acer untuk wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, Allen Burnes, adalah pilihan platform mobile yang dijatuhkan pada Windows Phone.
"Mereka (Nokia) tak punya akses ke Android. Padahal, kalau saja iya, mereka bisa menjadi pemain yang 'berbahaya' sekarang," ucap Burnes dalam wawancara dengan Pocket Lint, menyangkut potensi perusahaan asal Finlandia itu.
Burnes menyoroti perbedaan antara Windows Phone dan Android dalam hal dukungan aplikasi yang sangat menentukan kesuksesan sebuah smartphone modern. Soal ini, platform Windows Phone yang diusung Nokia dipandang masih tertinggal dari lawan-lawannya itu. "Kendalanya adalah pengguna harus membayar untuk aplikasi di Windows, sementara aplikasi serupa di Android bisa diperoleh dengan gratis."
Beban ganda
Satu lagi hambatan dalam hal ini, tambah Burns, adalah beban ganda yang ditanggung Nokia. Di satu sisi Nokia harus membangun brand milik sendiri. Namun, di sisi lain, perusahaan itu juga harus aktif mendorong brand Windows Phone sebagai alternatif platform yang menarik bagi konsumen.
Padahal, ujar Burns lagi, urusan membangun brand Microsoft seharusnya diserahkan kepada produsen software yang bersangkutan, termasuk dalam mengomunikasikan keunggulan-keunggulan produk yang dimiliki pada konsumen. "Sikap kami dalam hal ini, seperti pemain lainnya dalam industri, adalah mengatakan: Microsoft, kami tak bisa membangun brand milik Anda."
Kendala inilah yang membuat Acer ogah berkomitmen membuat handset Windows Phone 8 hingga saat ini. Meskipun mengakui bahwa sistem operasi mobile tersebut adalah pilihan yang bagus, Burns mengatakan bahwa pihaknya belum berani "bertaruh" untuk Windows Phone 8.
Acer sendiri sudah membuat perangkat mobile Windows dalam bentuk tablet. Namun untuksmartphone, produsen Taiwan ini masih lengket dengan Android.
"Kami juga ingin bergabung (membuat perangkat Windows Phone 8), tapi kami harus mengambil pilihan. Untuk sekarang kami tahu bahwa Android bisa 'menang'. Komitmen terhadap Windows Phone rasanya bukan pilihan yang tepat tahun ini," ujar Burns.
Burns berharap Microsoft bisa lebih giat beriklan untuk memopulerkan Windows Phone. "Nanti, begitu sudah mulai terdorong, kami akan ikut membuat handset karena OS-nya memang bagus."